Senin, 24 November 2014

Rujak Soto Banyuwangi

Rujak Soto Banyuwangi
Masih di tanggal 29 Agustus 2014, setelah para lelaki turun dari Sholat Jumat, kami pun bersiap untuk berangkat ke next trip kita, Pantai Pulau Merah. Namun perut ini bakal keroncongan kalau tidak diisi, mau makan di dekat Pantai Pulau Merah? Wah sudah bakal laparnya kayak apa nih perut. Udah dekat-dekat sini aja Wiu, makan di dalam kota sini aja, ujar Ninos. Yawes ayo ke rujak soto aja, usul Wiu. Mereka semua antusias, lain dengan saya. Jujur udah sering makan rujak soto di kampus, kampus saya di UTM Madura hehehe. Mungkin bakal beda rasanya rujak soto yang asli Banyuwangi dengan yang di kampus caca, hibur diri sendiri dalam hati :D  


Rujak soto, rujak buah, rujak lain-lain tertulis di depan warungnya. Ya karna lapar dan biar kenyang, pastilah saya juga pesan rujak soto, kawan-kawan pun demikian. Kacang goreng, cabai, bawang putih goreng, petis diulek jadi satu, lontong tahu tempe goreng dipotong kecil-kecil, sayuran rebus, semua dicampur menjadi satu dengan bumbu. Belum selesai lah, ini masih rujak biasa hahaha, lalu dituangkanlah kuah soto daging diatas rujak tadi dikasih bawang goreng dan krupuk sebagai pelengkap. Taraaaaa siap dinikmati  

Semuanya manthuk-manthuk (mengangguk) enak-enak. Tapi kenapa yang saya rasakan malah ini rujak soto Banyuwangi lebih asin dari yang biasa saya makan di kampus ya? Yasudalah tetap enak, paduan rujak petis dibaurkan rasa soto daging begitu yummy mengecap dilidah. 

Perut sudah kenyang, ditutup dengan es beras kencur semakin menjadikan penutupan makan kami sungguh  nikmat. Dan waktunya kembali melanjutkan perjalanan ke Pantai Pulau Merah :D

Nb: Cerita Banyuwangi (BWI) bersambung ke Perjalanan: BWI #6 Red Island

Three in One di Kampung Anyar

Air Terjun Three in One
29 Agustus 2014, masih setengah pagi menginjak setengah siang. Kala itu hari Jum’at jadi masih harus memikirkan para lelaki dalam rombongan kami yang berkewajiban Sholat Jum’at. Desa Kampung Anyar yang menyimpan keindahan air terjun tak jauh kiranya dari tempat kami makan SGCWK. 

Dari alun-alun kota ditempuh +-20 menitan sudah tiba Desa Kampung Anyar Kecamatan Glagah. Uang lima ribu kami serahkan untuk membayar karcis parkir mobil, sedangkan kami tidak dipungut biaya lagi. Berjalan kaki memasuki rimbun pohon dijalan setapak dan menemukan tangga menurun yang masih terbentuk dari tanah dan dibatasi kayu bambu di tiap anak tangganya. Sedikit licin memang, karena gerimis menemani kami saat itu.  
Dipinggir jalan ada panah yang menunjukkan ke air terjun 3in1

Saya terkaget selagi menuruni tangga, disuguhkanlah pemandangan yang mengesankan. Tebing batu ukiran alam yang sangat indah, dengan tonjolan-tonjolan batu berbentuk prisma menyerupai serpihan intan. Dengan kemiringan 90 derajat dan ketinggiannya bisa membikin orang berkata woooh :0
Tebing batu bagai serpihan intan
Dari jauh memang sudah terlihat air terjun tujuan kami, tapi tak jauh dari tempat kami  berpijak, tepat di akhir anak tangga. Ada sumber air yang terus mengucurkan air yang telah dipasang bambu agar memudahkan orang yang ingin mengambil air. Tak menyia-nyiakan kesempatan, cuci muka, cuci tangan dan cuci kaki kami lakukan disitu. Saya pun dengan nekat mencoba meminumnya, bukan lantaran haus tapi karena rasa penasaran kesegaran sumber air tersebut :p
Ngantri-ngantri :)
Cewek-cewek cantik foto duyu yee
Sudah mencapai Air Terjun 3in1, namun yang kami lakukan pertama kali bukan mencoba bermain air tetapi memasang tripot kamera. Yah, tidak ada salahnya sih memang salah satu tujuan kami kan mengabadikan tiap momen-momen yang indah (cieeeee). 
Kiri:Air Terjun Kategan - kanan:Air Terjun 3in1
Banyak sebutan yang disematkan untuk air terjun ini, Air Terjun 3in1, Air Terjun Bidadari, Air Terjun Bersaudara. Berasal dari mata air sumber Jaagir, sumber Pawon, dan sumber Buyut Ijah yang kemudian berkumpul menjadi satu air terjun. Ketinggian air terjun ini mungkin sekitar 50-60 meter. Selain itu ada Air Terjun Kategan disebelah barat, debit air cukup deras karena berasal dari aliran sungai Kalibendo. 
Andi bikin iri pengen ikut njebur
Efek kamera bikin air dibelakang kami jadi selembut sutra
Sepuas kami megabadikan momen dengan berfoto ria, dan melihat waktu yang semakin mendekati pukul 10.00. Bergegaslah kami pulang, sangat memuaskan menikmati air terjun dan hawa yang kami rasakan begitu sejuk, membikin perasaan damai deh. Dan kami juga merencanakan esok sehabis dari Kawah ijen kami sempatkan mampir ke 3in1 ini lagi untuk mandi jebur-jebur­ :p 
Tripod jadi tongsis

SGCWK Sarapan Sego Cawuk

Warung SGCWK Bu Aini

29 Agustus 2014, masih lanjut. Setelah dirasa cukup berwisata pagi, perut kami sudah membunyikan benderang ingin diisi. Kalau sudah jauh-jauh ke Banyuwangi tidak afdol kalau tidak mencicipi sarapan Khas Banyuwangi. SGCWK kawan-kawan menyingkatnya seperti itu. Perut sudah kepalang lapar dan rasa penasaran juga mulai bertanya-tanya seperti apakah bentuk dan rasanya SGCWK ini?

SGCWK singkatan yang tiba-tiba kami utarakan untuk menyebut Sego Cawuk ini. Sego cawuk diambil dari bahasa osing. Sego artinya nasi, sedangkan cawuk artinya makan menggunakan tangan langsung tanpa memakai sendok. 

SGCWK ini banyak dijumpai di Banyuwangi saat masih pagi, karna memang SGCWK ini kebiasaan sarapan bagi warga Banyuwangi. Kali ini kami menetapkan makan sego cawuk ini di warung dekat kantor pos depan alun-alun kota Banyuwangi. H2C kami rasakan, antara takut nanti harganya mahal (ingat uang di dompet) dan harap-harap cemas bakal seperti apa rasanya?
Sumber: Backpackerbanyuwangi.wordpress
Pesanan SGCWK kami datang, ada yang memakai lauk ayam suwir berbumbu merah dan ada yang memilih lauk gendam pindang, saya memilih gendam pindang karena saya lebih suka ikan daripada ayam hehehe. Sego cawuk terdiri dari nasi dengan kuah yang terbuat dari parutan kelapa muda, jagung muda yang diserut, dan timun dipotong dadu yang dibumbui cabai, bawang merah, bawang putih, sedikit asam jawa. Dan dipadukan gendam pindang yang rasanya gurih dan manis.

Apa yang kami rasakan?? Kami sangat puas sekali, rasanya pengen tanduk (nambah) tapi perut pastilah tak kuat menampung. Harganya pun cuma tujuh ribu rupiah, 7 ribu aja. Kawan-kawan pun merasakan hal yang sama, sama-sama puaaaas, mantap, jos pokoke hehehe.  Ditutup dengan minum teh manis, kami pun bergegas pulang, pulang ke rumah Wiu maksudnya :p Tapi rencana ternyata berkelok, Wiu mengajak mengunjungi air terjun di desa Kampung Anyar, lagi-lagi kami hanya mengangguk setuju :D

Nb: Lupa gak jepret SGCWK sendiri, saking laparnya jadi langsung lahap :p

Penari Gandrung di Watu Dodol

Patung Penari Gandrung

29 Agustus 2014 sepuas menikmati Pantai Boom, karena hari masih pagi, kami memutuskan ingin menikmati pagi dengan berwisata di tempat-tempat terdekat dari kota. Wiu mengusulkan Pantai Watu Dodol, kami mengangguk dan starter mobil mulai dinyalakan  menuju Kecamatan Kalipuro Pantai Watu Dodol. Patung Penari Gandrung yang menjadi maskot sekaligus tarian tradisional Banyuwangi menyambut kedatangan kami. Tapi saya masih penasaran kenapa namanya Pantai Watu Dodol bukan Pantai Gandrung?
Watu Dodol di tengah-tengah jalan raya
Wiu kenapa dinamai pantai watu dodol? Tanyaku. Tuh ada batu gede di tengah jalan, itu dia watu dodol nya. Jawab Wiu menjelaskan. Dan memang ternyata benar adanya, batu besar dengan diameter sekitar 15 meter dan tinggi lebih dari 10 meter berada ditengah- tengah jalan raya. Dinamai watu dodol memiliki arti batu yang liat dan keras. Konon batu tersebut sudah beberapa kali dicoba untuk dipindahkan dan dihancurkan, namun semua itu alfa (Banyuwangiapik, 2014). Dan sepanjang pantai, tersimpan keunikan tersendiri karena batu karang disini beda dengan batu karang pada umumnya. Batu karang di pantai Watu Dodol berwarna hitam mengkilap dan sangat keras.
Pemandangan Pantai Watu Dodol

Bunga-bunga cantik sepanjang pantai
Selain patung Gandrung yang melenggok seperti wanita cantik yang menari, pulau Bali ternyata dapat kami lihat dari sini. Kami dapat melihat kapal Feri dari kejauhan yang menyebrang dari Pelabuhan Ketapang ke Pelabuhan Gilimanuk. dengan menikmati panorama yang aduhai, tak lupa kami sempatkan mengabadikan aksi-aksi kami dalam foto. :D
Saya nyempil di belakang :(
Mengayunkan kaki di pimnggir dermaga dan saya nyempil lagi
Mata riyep-riyep menghadap matahari