Rabu, 19 November 2014

Building WOW Indonesia Tourism and Creative Industry


Sumber: Gramedia Pustaka Utama
Betapa hebatnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, dan sudah sewajarnya jika Indonesia tak hanya mengandalkan sumber daya alam saja sebagai sumber pendapatan. Kenapa? Karena cepat atau lambat, semua itu akan habis. Kondisi ini tentunya bertolak belakang dengan industri pariwisata yang tak akan lekang oleh waktu dan tetap menjadi simbol dari sebuah negara.Itulah mengapa banyak negara di dunia ini yang semakin serius menggarap sektor pariwisatannya. 

Bab 1 – Satu Miliar Kesempatan
“Tourism contributes to the succes of the American and world economies...”
Ucapan Presiden Amerika Serikat (AS) itu memang bukanlah isapan jempol belaka. Ketika sebuah negara mengalami kemunduran dalam perekonomiannya, sedikit banyak sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang bisa menjadi penopang. 

Tentunya bukan tanpa alasan mereka menggarap industri pariwisata ini. Menurut hitungan UNWTO, sektor periwisata bisa memberikan kontribusi sebesar 9% pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebuah negara. Bentuknya pun beragam, mulai dari investasi, baik secara langsung, tidak langsung, atau efek domino lainnya.  

Bab 2 – Raksasa yang Tertidur
Nilai lebih yang melekat pada sebuah barang menjadi tidak berarti ketika Anda tidak bisa memasarkan produk tersebut. Kecanggihan, keindahan, hingga berbagai nilai yang melekat tidak akan diketahui oleh konsumen. Hukum alam dalam dunia bisnis juga berlaku pada industri pariwisata. 

Menurut hitungan World Bank, negara maju adalah mereka yang memiliki PDB lebih dari US$12.276 per kapita. Sedangkan untuk negara berkembang memiliki pendapatan per kapita US$3.976 hingga US$12.275. Tak hanya negara maju dan berkembang, sejumlah negara Islam di dunia semakin gencar melakukan promosi terhadap industri pariwisatannya. 

Nah, jika kita lihat sekali lagi, tampak bahwa negara maju, negara berkembang, hingga negara Islam semakin serius menggarap industri pariwisatanya. Mereka tidak ragu untuk menentukan positioning, melahirkan diferensiasi, dan melakukan strategi branding agar berbagai kekayaan alam dan pariwisatanya tersiar didunia luar. Hal inilah yang juga harus diikuti oleh Indonesia yang tentunnya tidak kalah dalam hal kekayaan alam dan objek pariwisata yang dimilikinya. Industri pariwisata Indonesia yang seakan menjadi surga yang hilang haruslah menjadi perhatian wisatawan mancanegara. Kenapa? Karena surga adalah tujuan semua orang. Dan, pariwisata Indonesia adalah salah satunya. 

Bab 3 – Harta yang Terpendam
Menurut hitngan World Economic Forum posisi daya saing pariwisata Indonesia semakin membaik dan kini berada di peringkat 70. Namun ada beberapa catatan yang diberikan, dan poin-poin tersebut harus mendapatkan perhatian yang intensif, antara lain urusan kesehatan dan higenis, infrastruktur, serta fasilitas Information, Communication, and Technology (ICT). Harus diakui poin-poin itu memberikan kekhawatiran bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Padahal, di satu sisi, Wolrd Economic Forum memberikan nilai lebih pada daya saing harga, prioritas kepariwisataan, dan sumber budaya dan kekayaan alam. Tentunnya amat disayangkan jika segala nilai lebih itu tertutup oleh ketiga masalah tadi, yang sebenarnnya bisa kita atasi dan selesaikan. 


Bab 4 – Tantangan Kepariwisataan di Indonesia
Tentang teori pembelian 5A: Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate dan bila dikaitkan dengan dunia pariwisata Indonesia maka ini akan memiliki pengaruh yang besar. Namun ada tantangan klasik pariwisata yang harus diselesaikan, yaitu infrastruktur, SDM dan pelayanan, sinergi kebijakan, serta pemberdayaan masyarakat. 

Bab 5 – Sejarah Kepariwisataan Indonesia
Pada tahun 1872 Thomas Cook sebagai Arsitek atau Bapak Kepariwisataan Modern telah mempelopori era kepariwisataan modern di dunia. Pada periode waktu yang sama, kepariwisataan modern juga berkembang di wilayah Nusantara yang saat itu berada di bawah Pemerintahan Hindia Belanda yang membatasi kunjungan wisatawan asing. Meski ada batasan, ada beberapa wisatawan non-Belanda, Eliza Ruhamah Scidmore dan menulis buku berjudul Java, The Garden of The East. Ada juga Eduard douwes Dekker yang menyebut Nusantara sebagai Untaian Zamrud Khatulistiwa. Sehingga banyak wisatawan asing yang ingin menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata. Pada tahun 1910, kepedulian Pemerintah Hindia Belanda mulai tampak. Peningkatan wisatawan asing ini mendorong pengembangan sarana transportasi dan akomodasi. Sampai akhirnya, pada saat Jepang masuk ke Indonesia semua kegiatan kepariwisataan terhenti. 

Setelah Republik Indonesia berdiri dan Jepang angkat kaki, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta mulai memberikan perhatian pada kepariwisataan yang masuk dalam Era Orde Lama. Di Era Orde Baru, kepariwisataan di Indonesia bisa dikatakan sangat dipengaruhi oleh dinamika sosial dan politik yang berkembang. Optimisme dalam dunia pariwisata semakin menguatkan perhatian pemerintah dengan diterimanya para peserta lokakarya oleh Presiden Soeharto. Karena melihat adanya potensi untuk menjadikan sektor kepariwisataan sebagai sumber penghasil devisa kedua terbesar setelah sumber daya alam. 

Kepariwisataan mulai menjadi primadona setelah tahun 1983. Salah satu kebijakan yang sangat penting adalah Keppres No. 15 Tahun 1983 yang mengatur mengenai pembebasan visa bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Sejak adanya keppres ini, jumlah wisatawan yang datang melonjak signifikan. 

Era Reformasi, menjadi sebab perubahan peta politik yang mendasar setelah jatuhnya Presiden Soeharto juga berp[engaruh besar pada dunia pariwisata di Indonesia. Pengalokasian APBD yang tidak besar serta posisi Kepala Dinas Pariwisata Daerah juga dianggap sebagai keranjang sampah untuk pejabat yang tidak berprestasi. Akibatnya, pariwisata sempat terpuruk dimasa transisi politik di negeri ini. 

Ketika terjadi reshuffle di periode kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, struktur kementerian dibuat Menparekraf (Mari Elka Pangestu) dan dibuat pula Wakil MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sapta Nirwandar). Salah satu pertimbangan memasukkan ekonomi kreatif karena juga mampu mendatangkan wisatawan asing maupun lokal.  

Building WOW Indonesia Tourism and Creative Industry

Bab 6 – Menjaga Integritas Bangsa Lewat Kreativitas Berbasis Budaya
Namun, dalam perkembangannya, pemanfaatan budaya untuk sektor pariwisata terdapat pro dan kontra. Pihak kontra berpendapat bahwa kedatangan wisatawan dapat merusak keaslian atau keutuhan hayati suatu produk budaya. Sedangkan pihak yang pro berpendapat justru pariwisata dapat memperkuat kebudayaan karena terjadinya proses yang disebut involusi kebudayaan (cultural involution). 
Budaya dan kearifan lokal menjadi salah satu pilihan strategi budaya untuk meminimalisasi dampak globalisasi dan bahkan menjadi counter culture dominasi pop culture. Selanjutnya, dalam melaksanakan pelestarian budaya terdapat 3 elemen penting yang saling memiliki keterkaitan, yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. 
Pariwisata budaya terbukti mampu untuk menggabungkan seluruh aspek seni, budaya dan teknologi. Selain itu, jati diri bangsa Indonesia akan terangkat dengan berbagai produk dan destinasi pariwisata yang khas tersebut. 

Bab 7 – Turisme Minat Khusus
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki banyak hal untuk ditawarkan sebagai destinasi pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) pun membagi pariwisata di Indonesia dalam kategori turisme minat khusus yang terdiri atas tujuh sektor. Ketujuh turisme minat khusus tersebut adalah wisata budaya dan sejarah, wisata alam dan ekowisata, wisata olahraga rekreasi, wisata kapal pesiar, wisata kuliner dan belanja, wisata kesehatan dan kebugaran, serta wisata pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE). 

Bab 8 – Pariwisata dan Industri Kreatif
Sejatinya, pengembangan ekonomi kreatif perlu dilakukan dengan melibatkan tiga unsur penting yang disebut dengan The Triple Helix yang terdiri dari kaum intelektual, pelaku bisnis, serta pemerintahan. Parekraf sangat menyadari besarnya peran teknologi informasi dalam rangka pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif, sehingga ada dua poetal yang menjadi pusat informasi indonesia.travel dan indonesiakreatif.net maka semua pemangku kepentingan, termasuk juga The Triple Helix, dapat terlibat dalam membangun dan mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. 

Bab 9 – Investasi dan Bisnis Wisata
Parekraf tidak dapat bergerak sendiri dalam mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik sarana, prasarana, hingga modal operasional, yang diperlukan. Minat yang besar tidak hanya ditunjukkan oleh para pemain yang berskala internasional, namun juga nasional. 

Para domestik biasanya masuk ke bisnis perhotelan dengan membangun budget hotel. Disamping hotel dan restoran, pertumbuhan investasi di sektor pariwisata juga disumbang oleh jasa perjalanan wisata.

Bab 10 – Jurus Pemasaran Turisme 3.0
Dalam membangun turisme, para pemasar sebaiknya juga memerhatikan tiga subkultur yang menjadi roda penggerak lanskap bisnis dan lanskap lain dalam kehidupan ini. Ketigannya adalah anak muda (Youth), perempuan (Women), dan pengguna internet (Netizen). 
Setelah itu, mengacu pada konsep Marketing 3.0 – pemasaran yang mengedepankan nilai-nilai dan human spirit. Lalu Marketing 2.0 yang berorientasi pada konsumen (consumer oriented). Dan ketiga Marketing 1.0 – pemasar yang berfokus pada produk (product centric).

Bab 11 – Strategi Besar: Kebijakan Tak Biasa
Untuk menciptakan pariwisata yang luar biasa, kementerian menggunakan bingkai pemikiran tahap turisme kreatif, yakni tahap OK, tahap AHA, dan tahap WOW. Serta memperhatikan enam elemen besar kebijakan strategis dalam pengembangan turisme di Indonesia kedepannya yaitu destinasi, infrastruktur, pemasaran, sumber daya manusia, kepemerintahan dan investasi.

Bab 12 – Terobosan dan Inovasi Baru
Salah satu potensi wisata yang masih perlu dioptimalkan di Indonesia adalah turisme yang berbasis alam (eco based tourism), sehingga perlu pengembangan elemen-elemennya meliputi flora fauna, wisata pulau-pulau kecil, archipelagic cruise, wisata air, wisata gunung. 

Selain itu, turisme berbasis religi juga menjadi salah satu terobosan untuk mendongkrak pariwisata Indonesia. Pembangunan pusat industri film, membangun duplikat istana-istana kerajaan zaman dulu, mengenang kembali kebudayaan dan menggelar festival daerah, membuat ikon daerah, kampanye tokoh Nusantara lewat film animasi, integrasi paket-paket wisata, layanan visa antarnegara, insentif untuk pembuatan film bertema seni-budaya nasional, pembuatan institusi independen sebagai agen budaya, keringanan pajak untuk turis, bangun pusat pelatihan dan pengembangan nilai tambah produk wisata. Demikian beberapa inovasi yang dibutuhkan agar layanan turisme di Indonesia menjadi lebih optimal. 

Salam WOW!

Salam WOW!

Payung Teduh Teduhkan Jiwa di Malam Itu

Tas kanvas Payung Teduh kami sabet buat oleh-oleh :)


Jumat pagi, 24 Oktober 2014 bestiesku “Slow” ber-elegi gara-gara pengen lihat konser Payung Teduh di ITS tapi gak ada temannya. Karna saya ini orangnya gak tegaan, jadilah saya bersedia deh nemenin Slow. Payung Teduh itu band Indie dari Jakarta, anak UI dan alirannya tuh musik Jazz Keroncong. Saya hanya iya-iya saja dengerin celoteh slow. Di laptop saya pernah ngopi sih lagunya Payung Teduh dan belum pernah saya dengerin sama sekali (semakin zzzzz saja saya). Sekedar tahu, lagu kesukaan saya modelan System of A Down, rock. Dan sekarang saya nekat nemenin liat konser Jazz Keroncong (OMG). Saya pun merancang strategi, jumat pagi saya masukin semua lagu Payung Teduh di HP, pake headset, kemana-mana seharian itu saya muterin lagu Payung Teduh full album hahaha. Dan ternyata saya suka lagunyaaaaaaa. Emang bener tuh kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. 
Di fotoin sama mas-mas MC
Jumat malam, jam tujuh-an saya sudah di Graha Sepuluh November Surabaya, belum dimulai sih konsernya tapi ada kuis nya. Tukang MC nunjuk saya sama Slow maju ke panggung, dikasih pertanyaan dan sudah kami jawab. Dan disuruh menyertakan nama dan nomer hape kami agar bisa di hubungi, karna masing-masing dari kami dapat Voucher Coffe Toffe 50rb, lumayan banget buat mahasiswa kayak kita-kita. Dan kenyataannya sampe sekarang (20/11/2014) kami tidak dihubungi oleh panitia, Voucher Coffe Toffe gak onok jebuse (gak ada kenyataannya). Saya sangat kecewa sama panitia Schematics 2014 ITS, soalnya banyak juga tuh kuis-kuis lainnya dan semua partisipan kuis yang dijanjikan Voucher Coffee Toffee jadi korban PHP. Untung sih konsernya gak ngecewain, apalagi saya di depan panggung pas, bisa jepret-jepret sepuasnya hahaha. 

Saya dan Mas Is Payung Teduh




Sedikit tambahan, gak hanya Konser Payung Teduh yang Ngisi, ada White Shoes and The Couples Company, Humi Dumi dan Kunto Aji. Dan kemanaaaaa aja saya selama ini gak tahu White Shoes and The Couples Company dan Payung Teduh? Lagunyaaaa bikin saya terpanah, udah tergila-gila saya sama dua Band Indie ini. Sekarang saya yang lagi ngerjain skripsi, tiap hari pasti nyetel tuh lagunya White Shoes and The Couples Company dan Payung Teduh, tapi aliran rock saya tetap suka dong. Ohya terima kasih bingiitz buat bestiesku Slow “Uma Izzati” yang udah ngenalin aku sama lagu-lagu Jazz, gilaaa! Saya sekarang juga jadi suka lagu Jazz Inggrisan, tanggung jawab kamu Slow! Hahaha :p
Mas Is Payung Teduh
Lagu yang paling saya suka dari Payung Teduh (Resah)

...
Aku ingin berdua denganmu diantara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu
Parararara... Parararara... Parararara... Huhuhuhu... Huhuhuhu...


 
White Shoes and The Couples Company
Lagu yang paling saya suka dari White Shoes and The Couples Company (Zamrud Katulistiwa)

...
Tiada lagi hutan belantara
Pohon hijau habis tak bersisa
Gelapkah hatimu kini oh manusia
Alam rimba sengsara Haaaaa
Jangan lagi tak peduli
Sebelum semua terlambat ditelan masa
Indah alam juga mega-mega
Jernih air juga di udara
Rawatlah semua ini oh manusia
Nusantara bahagia aaa sentosa aaa
Lapang hasrat dan harapan di rimba sentosa

Karena saya dasarnya suka bolang ke alam-alam gitu miris dengerin lagunya Zamrud Katulistiwa, ayolah pemuda-pemudi negeri ini tanamkan cinta alam agar damai sentosa alam kita, terutama alam Indonesia!

Foto tambahan: Kunto Aji