Kamis, 20 November 2014

Sunrise Boom

Sunrise Boom
29 Agustus 2014. Subuh subuh subuh, ayo segera sholat lalu kita ke Pantai BOOM. Wiu yang sudah merencanakan akan mengajak kita ke Pantai Boom menikmati sunrise. Jadilah kawan-kawan secepat kilat bergegas bangun dan sholat subuh. Lalu Lets go...

Pantai Boom disebut juga dengan pantai kota karena terletak di dalam kota Banyuwangi, jaraknya hanya 2 Km dari pusat kota. Kalau dari simpang lima, masuk ke Jalan dr. Sutomo hingga Taman Blambangan menuju arah utara hingga bundaran PLN, lalu belok kanan masuk Jalan Nusantara. Akhirnya sampailah di Pantai Boom, pantai dengan hamparan pasir hitam ini masih sepi kalau pagi, tapi menginjak siang sudah pasti ramai karena disekitar pantai juga terlihat adanya kios-kios yang masih tutup. Menikmati sunrise di pantai dengan hamparan pasir hitam, memiliki kesan tersendiri, cukup menyenangkan menyirami tubuh dengan sinar mentari pagi di Pantai Boom.
Mentari Boom beranjak naik
Pandangan luas Pantai Boom
Terlihat di arah lain ada pasangan yang sedang melakukan sesi foto
Siraman mentari Boom

Green Bay is a Hidden Paradise

Dari kiri: Wiu, Mas Pendik, Maya, Dewi, Saya, Ninos, Andi

Selamat pagi, 28 Agustus 2014 saya beserta kawan-kawan bangun dari tidurnya di kediaman Wiu, perlu diketahui Wiu adalah temannya Ninos, Dewi, dan Andi jadi saya disana juga masih malu-malu lah numpang dirumah orang yang baru dikenal. Setelah mandi dan sarapan kami bergegas tancap gas menuju rencana kami yang pertama, Teluk Hijau Banyuwangi. Green Bay julukan lain dari Teluk Hijau berada di bagian selatan Pesanggrahan, Desa Sarongan Kabupaten Banyuwangi. Banyak yang menyebut Green Bay ini sebagai surga tersembunyi karena untuk mencapai di pantai-nya dibutuhkan perjuangan yang ekstra, naik turun bukit dijalan setapak dan kebanyakan wisatawan yang akan mengunjungi Taman Nasional Meru Betiti dan Sukamade hanya melihat ke(eksotis)an Green Bay dari kejauhan di atas bukit.
Bukit dengan jalan setapak dan cukup ekstrim
Setelah kira-kira 4 jam perjalanan dari kota, karena memang saat itu lagi “langka BBM” ngantrinya waduuuh banget jadi perjalanan kami serasa lama, tapi memang saya rasa cukup jauh juga dari kota Banyuwangi ke Green Bay ini. Seperti yang saya bilang di atas, setelah melakukan perjalanan dengan mobil yang sudah cukup melelahkan karena jalan gronjalan kami juga harus punya tenaga ekstra untuk menaiki bukit dengan jalan setapak menuju the real Green Bay
Pantai Batu
Akhirnya sampai juga, teriak dalam hati saya ketika sudah cukup lelah naik turun bukit sepanjang +- 1Km dan melihat banyak batu bulat besar-besar di sepanjang pantai. Dan saya heran, kok beda ya sama yang ada di foto pas saya browsing di internet. Mana pasir putihnya? Protes saya dalam hati. Dan, ealah ternyata belum sampe di the real Green Bay nya ini, masih harus jalan lagi, padahal peluh sudah mengalir sedari tadi dari dahi saya, tapi saya tetap semangat mengingat julukan hidden paradise Banyuwangi yang disematkan kebanyakan orang untuk Green Bay ini. Ohya mengenai pantai yang dipenuhi batu ini, dulunya ya pantai berpasir putih tapi semenjak terkena Tsunami di tahun 1994 mendadak dipenuhi batu yang diperkirakan dari dasar laut.


Ngeksis dulu
Stone Shore
Alhamdulillah sampailah juga di the real Green Bay, dengan pasir putih yang cantik sekali di balik bukit karang kecil, 300 meter ke arah barat dari pantai batu tadi. Dan waktunya bersenang-senang menikmati hamparan pasir putih yang benar-benar putih bukan coklat yaaa... Tapi sayangnya mendung mengambil momen-momen ciamik yang ingin kami ambil. Karena mendung jadi air laut tidak terlihat sehijau yang telah banyak orang bicarakan, jepretan-jepretan saya pun sekiranya kurang memuaskan. Tak mengapa, pasir putih yang begitu cantik di padukan bukit batu karang di sekitarnya telah mengobati kekecewaan saya. 
 The hidden paradise
Green Bay pandangan timur
Green Bay pandangan selatan
Green Bay pandangan barat
Ngeksis lagi :)
Sebelah timur (bukit karang)
Foto-foto lagi sebelum pulang

Ke-malu-an Tas Tenteng Leopard

Perjalanan Banyuwangi


27 Agustus 2014 saya dengan tentengan tas bermotif leopard menunggu resah di stasiun Gubeng Surabaya. Perjalanan yang akan saya tempuh bersama kawan yang belum pernah saya kenal sebelumnya, hanya seorang sepupu saya saja yang saya tahu bentuk mukanya, Maya. Satu per satu mulai berdatangan, mimik muka mereka ramah namun mereka seperti tertawa di dalamnya melihat hanya saya saja yang membawa tas travel tenteng karena semuanya bertas punggung. Saya hanya tertunduk malu sendiri memikirkan ke-malu-an apa ini yang saya perbuat? 


Jam menunjukkan pukul 15.00 kereta Sri Tanjung kami datang menjemput, Ekonomi AC kelas itu yang bisa saya bayar untuk perjalanan kali ini. Kami ber-enam saya, Maya, Ninos, Dewi, Andi, dan Mas Pendik. Perjalanan berawal dari Stasiun Gubeng Surabaya menuju Stasiun Karangasem Banyuwangi lebih banyak saya habiskan diam, entah mengapa, mungkin saya yang terlalu takut untuk menyapa mereka, saya putuskan untuk memejamkan mata berharap esok dapat mengukir cerita perjalanan yang lebih indah.