|
Foto bersama di padang savana |
31 Agustus 2014, kami
tidak jadi pulang karena kalu tidak sekalian ke Baluran sangat eman sekali. Setelah sarapan kami
siap-siap menyiapkan apa saja yang perlu dibawa. Perjalanan dari pusat kota
Banyuwangi kami tempuh selama +- 2 jam hingga akhirnya kami sampai di pintu
gerbang Taman Nasional Baluran. Masih pagi, pukul 08.00 WIB kami tiba disana.
Di bagian informasi kami dipersilahkan mengisi buku tamu dan membayar
retribusi. Lalu dipersilahkanlah kami untuk melanjutkan petualangan di Taman
Nasionala Baluran.
Bulan
Agustus menurut informasi yang saya dapat adalah bulan yang tepat untuk mengunjungi
Taman Nasional Baluran, karena pada bulan ini musim kemarau sedang datang dan
padang savana ala Afrika akan memanjakan mata kami selama menjelajah Taman
Nasional Baluran. Dari pos informasi lalu mulai kami memasuki hutan yang cukup
rimbun, meskipun musim kemarau ternyata disini cukup banyak tumbuhan-tumbuhan
yang masih hijau, inilah Evergreen Area. Disini kami melihat ada Ayam Hutan,
Burung Merak, dan Rusa namun kami tak dapat mengabadikannya karena sudah keburu
kabur duluan mendengar suara derum kendaraan kami.
|
Kumpulan rusa dan banteng yang menyebrang jalanan kami |
|
Entah mengapa moyet ini berkumpul di pohon tak berdaun |
Sekitar
10 Km kami lalui sampailah di Bekol, disini kami dapat melihat Taman Nasional
Baluran di atas ketinggian dengan menaiki menara pandang. Tidak hanya padang
rumput savana yang kami lihat, tapi pemandangan Gunung Baluran di sebelah barat
dan kawanan moyet yang berada disekitar menara pandang. Di Bekol, ada kumpulan
kerangka kepala banteng yang dipajang inilah maskot Taman Nasional Baluran.
Tapi menurut informasi yang saya dapat, banteng jawa yang menjadi maskot ini
semakin diambang kepunahan sejak ditanami pohon akasia dan kawanan banteng
banyak yang mati akibat memakan daunan pohon akasia ini.
|
Bekol |
|
Kerangka Kepala Banteng Jawa |
|
Pengunjung dilarang merusak savana |
|
Saya candid :p |
Setelah dimanjakan dengan
padang savana, Taman Nasional Baluran juga memiliki pantai. Bama nama pantai
ini, kami dimanjakan dengan pasir putih dan batuan karang hitam disepanjang
pantai. Di Pantai Bama ini kami semakin sering bertemu dengan kawanan monyet,
dan dari cerita Mas Pendik jangan meletakkan benda apalagi makanan sembarangan
nanti bisa diambil si monyet, tepatnya dirampas. Di Pantai Bama, sudah
disediakan kantin, toilet dan tempat sholat jadi tak perlu khawatir akan
kelaparan dan tidak bisa sholat di tengah hutan ini.
|
Pantai Bama |
|
Berpose dipinggiran pantai |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar